Seperti
pelangi, berbeda itu indah. Saat orang lain berkata jangan dia! “kenapa?”
karena dia tak sama denganmu. Apa itu menjadi alasan?
“Just gonna
stand there watch me burn lets all right because I Love the way you lie..~
Sekitar jam
8 malam nada panggilan masuk Hpku bunyi,
“Bayu Calling”
Ternyata itu
telpon darimu. Dengan sedikit malas aku mengangkat telponmu “Hallo
Assalamualaikum” opps aku keceplosan lagi, karena terbiasa ngucapin salam tiap
angkat telpon aku lupa kalo kamu non Muslim.
Ya kamu dan
aku bersebrang keyakinan. Samawi dan Duniawi. Tapi entah aku merasa nyaman
berteman dengan mu.
“malem” ucap
mu diseberang sambil sedikit nada nyengir khas dirimu
“malem juga”
Dalam
pikirku astaga, baru kali ini aku ngucapin salam resmi “malam” dan bukan
“Assalamualaikum” tapi tak apalah anggap aja nuansa baru. Sedikit lama aku
ngobrol ama dia tapi karena posisi itu ngantuk berat terpaksa harus ku
tutup. Niatku pengen banget ngelanjutin tidur tapi ternyata nggak bisa merem
lagi, 2 temenku yang lain uda pada traveling mimpi malem itu, maklum sih hari-hari
terakhir aku PSG diluar kota sangat menguras tenaga dan mental kami sebagai ABG
(anak baru gede). Waktu aku tengok
keluar kamar kost eh ternyata ada si Tata ngobrol-ngobrol ama tetangga sebelah.
Sebenernya aku takut ganggu sih, tapi gakpapalah lagian kalo Cuma berdua kan
dilarang agama seharusnya hahaha..
“gabisa
tidur lg”
Aku kirimkan
pesan singkat itu ke kamu dan mungkin saking pekanya kamu berpikir mungkin itu
gara-gara telpon tadi, yah aku jawab nggak. Entah sih itu jawaban benar atau
salah. Tapi bagiku tidur lagi atau nggak ya gak masalah toh aku uda kenyang
tidur.
Semakin
dekat kamu dan aku, bercanda lewat pesan menurutku itu alternatif anak muda
jaman sekarang. Tersenyum dan tertawa sendiri seperti orang gila kalo sms-an
sama kamu.
Dering
telpon yang kedua dari kamu aku angkat dengan suka rela. Kita banyak ngobrol
disana. Bahkan istimewanya ada beberapa lagu yang kamu nyanyikan dengan gitar langsung ke aku. Seneng juga sih waktu
itu.
Nggak hanya
sewaktu PSG saja kita saling kontak, selepas pulangpun kau masih menghubungiku.
Menjadi teman untukku. Saling berbagi cerita dan kisah.
v
“what non
Muslim? Serius?”
“iya,
kenapa?”
“sebaiknya
dipikir ulang deh. dia kan beda agama. Takutnya nanti...”
“emangnya
aku mau nikah apa”
“its okay.”
nggak ada alasan yang pasti untuk berteman. Kalopun kita
beda iya memang kita beda. Tapi kita sama-sama manusia kok. Dia bernafas aku
juga bernafas. Apa salahnya? Kadang ada hal lain yang membuat perbedaan kita
nggak jadi masalah. Saat kita saling menyemangati dan saling membuat tersenyum.
Dan Itu indah
Ay
Posting Komentar